Senin, 31 Januari 2011

kau~

kau hadir saat ku lugu. Kau hadir saat ku buta. Kau luluhkan hatiku. Kau teduhkan jiwaku.
Aku dan kamu bersama. Menjalani hubukan ini. Kau membuatku mengerti. Kau mengajariku cinta. Kau membuatku mengerti.
Kini kau mengacuhkanku. Kini kau tak seperti dulu. Kau campakanku. Kau hancurkan hatiku.
Aku pun mengerti, dan melepaskanmu cinta..
Tapi kini kau hadir. Tapi kini kau kembali. Disaatku telah melupakanmu. Disaatku bahagia bersamanya.
Kau memohon cinta yg dulvku kau campakan. Dan meminta kembali cinta yang tak ingin ku ingat.
Apakah semudah itu untukmu! Aku tak mengerti, dan ku pun DILEMA..
HARUSKAH AKU KEMBALI PADAMU?

150508
mengapa oh, MENGAPA??

disaat ku butuh cinta, dia tak nampak.
Disaat ku mau bersamanya, dia menjauh.
Aku ingin memilikinya, aku ingin menjadi miliknya.
Namun itu semu.
Kini ku tak butuh cinta, kini ku tak ingin dicinta.
Tapi Dia datang padaku. Dan DIA pun datang jua.
Ku dilema,
Tuhan, mengapa tidak ada cinta disaat ku membutuhkannya?
Tuhan, mengapa harus ada Dua cinta bila Satu saja susah ku genggam.
Dan jangan tanya Mengapa!
Apakah ini suratan takdirku? Apakah ini pantas untukku terima?
Lantas bagaimana aku memilih? Bagaimana ku dapat mencinta?
Oh Tuhan, aku tak menginginkan ini!
Aku hanya ingin DIA tuhan, salahkah?
Dan bila memang ku pantas, biarkanlah aku untuk dapat merasakannya.
Walau hanya sekejab, walau hanya sesaat.
Dan mengapa?
Jangan tanyakanku, karena aku pun tak tahu.

T.F.R

TANAH :)


Nama : nur indah permata sari

Kelas : X-6

SMA Negeri 103 Jakarta

































Pengertian tanah menurut para ahli

menurut Soil Survey Staff, 1999 Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alam

menurut Schoeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman

menurut Menurut Jooffe dan Marbut (1949), dua orang ahli Ilmu Tanah dari Amerika Serikat, Tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mieneral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya

menurut Darmawijaya (1990) mendefinisikan tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagain besar permukaan palnet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.


KLASIFIKASI TANAH DAN ATTERBERG LIMIT

KLASIFIKASI TANAH
Istilah tanah dalam bidang mekanika tanah dapat dipakai untuk mencakup semua bahan seperti lempung, pasir, kerikil dan batu-batu besar. Metode yang dipakai dalam teknik sipil untuk membedakan dan menyatakan berbagai tanah, sebenarnya sangat berbeda dibandingkan dengan metode yang dipakai dalam bidang geologi atau ilmu tanah. Walaupun system klasifikasi yang dipakai dalam mekanika tanah bermaksud untuk memberikan keterangan mengenai sifat-sifat teknis dari bahan-bahan itu dengan cara yang sama, seperti halnya pernyatan-pernyataan secara geologis dimaksudkan untuk memberi keterangan mengenai asal geologis dari tanah.
Macam-macam tanah seperti Berangkal (Boulder) dan Kerakal (Cobblestone) terdapat disekitar Koto Panjang, Batu Krikil (Gravel) terdapat disekitar Bangkinang, Pasir kasar (Course sand) dan pasir sedang (Medium sand) terdapat disekitar Danau Bingkuang dan Bangkinang, Pasir sedang dan pasir halus (Fine sand) terdapat disekitar Teratak Buluh dan Danau Bingkuang, serta Pasir hanyut dan lumpur terdapat disekitar Pangkalan Kerinci, Langgam. Semakin ke hilir material tanah akan semakin halus dan berat jenisnya akan semakin kecil, tentu mutu material akan semakin jelek juga. Berikut ini dapat kita lihat berbagai jenis tanah berdasarkan klasifikasi mekanika tanah ;

Batu Bongkah
Adalah potongan-potongan besar batuan dari patahan bahan induk atau termuntahkan dari gunung berapi (dalam hal ini dinamakan bom). Batu bongkah itu mungkin bervolume dalam rentang mulai sekitar ½ m3 sampai 8 atau 10 m3 dan beratnya mulai dari setengah sampai beberapa ratus ton. Batu bongkah ini dapat menyebabkan masalah pada saat pembuangan atau penggalian didekat permukaan tanah, dan kesukaran dalam eksplorasi tanah atau pamasangan tiang pancang pada tempat-tempat yang lebih dalam saat tergantung (suspended) dalam matrik tanah, seperti tempat (gletser) aliran.
Batu bongkah berukuran besar mungkin cocok untuk dijadikan pondasi buat tiang pancang atau kaison; namun, penentuan ukurannya mungkin sukar dan penenpatan beban yang besar pada suatu batu bongkah gantung yang berukuran kecil dapat menyebabkan bencana.

Krikil & Pasir
Pecahan batuan yang lebih kecil dari batu bongkah digolongkan kedalam batu bulat (cobbles), kerakal (pebbles), krikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay). Batu remukan (crushed) ialah krikil yang dihasilkan dengan menghancurkan pecahan batu dari batu bongkah atau diperoleh dari penggalian dari susunan batuan yang sesuai. Krikil alur tepian (bank run) ialah nama umum untuk lensa-lensa krikil yang terbentuk secara alami dan diendapkan sepanjang aliran sungai atau dari gletser. Krikil kacang (pea) di Pekanbaru disebut krikil jagung, ialah kerikil yang disaring dan hanya mengandung ukuran menurut rentang tertentu (biasanya sekitar 6 sampai sekecil 3mm) dan dengan sendirinya akan berkualitas kurang buruk.
Krikil, pasir dan lanau ialah bahan-bahan tak berkohesi dan terdapat pada deposit-deposit yang mempunyai rentang dari keadaan longgar sampai rapat dan dari kasar sampai halus. Akan tetapi, kebanyakan deposit itu keadaanya mulai medium sampai agak rapat. Bahan ini dapat mempunyai kohesi dari mineral lempung dalam pasir halus dan pengisi lanau yang mungkin terdapat didalamnya.

Lanau
Lanau dan lempung khususnya penting dalam rekayasa pondasi karena bahan-bahan ini cenderung paling menyulitkan dalam arti kekuatan dan penurunan. Lanau dan tepung batuan dalam rentang ukuran partikel 0,074 mm sampai sehalus 0,001 mm merupakan produk sampingan yang lembam terhadap pelapukan batuan. Bahan–bahan ini mungkin “lanau organik” (OL, OH) kalau terkontaminasi oleh bahan organic, dan kalau dengan cara lain terkontaminasi bahan organic, maka akan termasuk ML, MH.
Lanau lembab mempunyai kohesi nyata dari efek akumulatif tegangan permukaan pada partikel kecil yang banyak jumlahnya, tetapi pada waktu terjadi pengeringan timbullah penyusutan minimal (kecuali kalau bersifat organik) dan bongkahan kering yang terjadi itu dengan mudah dapat dipatahkan dengan tekanan jemari.

Lempung
Ukuran mineral lempung (0,002 mm, dan yang lebih halus) agak bertindihan (overlap) dengan ukuran lanau. Akan tetapi, perbedaan hakiki antara keduanya ialah bahwa mineral lempung tidak lembam. Lempung ialah suatu silikat hidro-aluminium yang kompleks (AL2O3. nSiO2. kH2O), dimana n dan k merupakan nilai-nilai numerik molekul yang terikat individual yang mampu menyerap 100+ kali volume partikelnya.
Ada tak- adanya air (selama pengeringan) dapat menghasilkan perubahan volume dan kekuatan sangat besar. Partikel-pertikel lempung juga mempunyai gaya tarik antar-partikel yang sangat kuat, untuk sebagian menyebabkan kekuatan sangat tinggi pada suatu bongkah kering (atau bata lempung). Penyerapan air dan tarikan antar partikel secara kolektif memberikan “kegiatan” dan kohesi kepada lempung (dan kepada tanah yang mengandung mineral lempung)

Dalam jenis dan sifat tanah sangat bervariasi, hal ini ditentukan oleh – perbandingan banyaknya fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir halus. Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi beberapa golongan tanah dengan kondisi dan sifat yang mirip diberi simbul nama yang sama. Ada 2 cara klasifikasi yang umum yang digunakan:
• cara UNIFIED
• cara AASHTO

Klasifikasi menurut sistem UNIFIED
Setiap tanah diberi simbul dua hurup, dan dari simbul tersebut dapat diketahui jenisnya dan sifatnya.
Hurup pertama menunjukkan jenisnya, missal
G : kerikil (gravel)
S : pasir (sand)
M : lanau (silt)
C : lempung (clay)
O : tanah organic
Huruf kedua menunjukkan sifatnya
W : bergradasi baik (well graded)
P : bergradasi jelek (poorly graded)
M : mengandung lanau
C : mengandung lempung
L : bersifat plastis rendah (low plasticity)
H : bersifat plastis tinggi (high plasticity)

Sifat Index (sifat general) yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah adalah:
1. Perbandingan buttir kasar dan butir halus, banyaknya fraksi kerikil dan pasir.
2. Gradasi tanah (Cu dan Co).
3. Batas konsistensi tanah butir halus (WL dan IP).
4. Sifat organik tanah.

Tanah dibagiatas 3 kelompok besar :
a) Tanah organik jika tampak organik misal humus dan gambut. Langsung diberi simbul Pt (plat),
b) Tanah berbutir halus. Jika butir halusnya lebih banyak dari butir kasarnya, (dari diagram gradasinya atau dilihat di lapangan),
c) Tanah berbutir kasar, jika butir kasarnya lebih banyak dari butir halusnya (lihat batas ukuran butir halus dan butir kasar). Tanah butir halus dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tanah butir halus yang sifat plastisnya rendah (WL < 50 %, dan yang sifat plastisnya tinggi (WL > 50%). Tanah butir kasar juga di bagi menjadi dua bagian yaitu kelompok kerikil jika butir kasarnya fraksi kerikilnya lebih besar dari fraksi pasir (G). Dan yang kedua adalah pasir, jika fraksi pasirnya lebih besar dari fraksi kerikil (S).

Simbul tanah butir halus ditetapkan dengan menggunakan diagram plastisitas Casagrade didapat CH, MH, OH, CL, ML, OL. Dengan data WL dan IP diplotkan dalam diagram, (alu dilihat secara analisis WL < 50% atau WL > 50%. Kemudian dihitung IP batas = 0.73(1VL – 20). jika IP > Ip batas berarti diatas garis A dan sebaliknya. Untuk tanah kasar Disini ada 3 emungkinan pertama bersih bila fraksi halusnya < 5%, kedua dianggap campuran jika fraksi halusnya >12% dan ketiga peralian jika fraksi halusnya antara 5 -12%.
1. Tanah butir kasar bersih (fraksi halus < 5%), tanah butir kasar yang bersih ini disebut punya gradasi baik jika Cu > 4 dan 1 < cc < 3 untuk pasir dan Cu > 6 dan 1 < Cc < 6, dan disebut poorly graded (simbul P) jika tidak dipenuhi salah satu kriteria diatas.
2. Jika tidak bersih (fraksihalus >12%), tanh ini tidak perlu dicari Cu dan Cc, fraksi halus dipisahkan dan dicari batas-bats konsistensinya (WL dan WP), selanjutnya dilihat pada diagram casagrade. Jika diatas garis A berarti fraksi halusnya lempung, (di dapat tailah GC dan SC) bial dibawah garis A berarti lanau maka diperoleh tanah GM dan SM; 3. Jika fraksi halus antara 5% -12%. Pada tanah ini diberikan simbul ganda. Untuk menetapkan W atau P harus dilihat dulu Cu dan Cc. Untuk menetapkan apakah termasuk keluargaC atau M maka perlu diperiksa WL atau IP, maka kemungkinan simbul GW-GC, GW-GM, GP-GC, GP-GM, SW-SC, SW-SM, SP-SC, SP-SM.
Tanah butir halus juga dapat diberi simbul ganda misal CL – ML, jika pada diagram casagrade terletak diatas garis Adan nilai IP nya antara 4 – 7.
Ada dua parameter penting dalam disain tebal perkerasan metode AASHTO, yaitu koefisien drainase (m) dan koefisien kekuatan relatif (a), dimana keduanya dipengaruhi oleh gradasi dan kepadatan relatif agregat. Untuk itu penelitian difokuskan pada evaluasi pengaruh variasi gradasi dan tingkat kepadatan terhadap nilai m dan a. Jenis lapis perkerasan yang menjadi obyek studi adalah campuran lapis pondasi atas (LPA) dari material batu pecah dan lapis pondasi bawah (LPB) dari material sirtu, dimana tipe gradasi yang digunakan adalah gradasi A untuk LPA dan gradasi C untuk LPB, menurut spesifikasi AASHTO. Terhadap variasi gradasi digunakan gradasi batas atas (BA), gradasi batas tengah (BT) dan gradasi batas bawah (BB). Untuk variasi tingkat kepadatan digunakan tingkat kepadatan 100% dan 98% dari gradasi BT. Penentuan kepadatan kering maksimum (γdmaks) dan kadar air optimum (ωopt) dari setiap gradasi dilakukan pengujian pemadatan dimodifikasi (modified proctor). Untuk penentuan nilai kekuatan struktural, dilakukan pengujian CBR, sedangkan penentuan nilai kualitas drainase dilakukan pengujian permeabilitas metode Falling Head. Untuk mengevaluasi pengaruh variasi gradasi dan tingkat kepadatan, dilakukan analisis nilai m dan a. Hasil-hasil pengujian pemadatan memperlihatkan bahwa nilai tertinggi terjadi pada gradasi BT dengan nilai γdmaks = 2,108 gr/cc untuk LPA dan 2,038 gr/cc untuk LPB. Demikian juga pada pengujian CBR, dengan nilai CBR = 93,7% untuk LPA dan 76,5% untuk LPB. Pada pengujian permeabilitas, nilai koefisien permeabilitas (k) tertinggi dicapai pada gradasi BB dengan nilai k = 1,2641 ft/hr dan 0,1375 ft/hr untuk LPA dan LPB. Dari analisis terlihat bahwa baik pada LPA maupun LPB, nilai-nilai a mengikuti pola perubahan nilai-nilai CBR, demikian juga untuk nilai-nilai m terhadap nilai-nilai k secara umum. Akibat penurunan tingkat kepadatan dari 100% ke 98%, nilai CBR dan a cenderung turun, sedangkan nilai k naik Adapun nilai-nilai m, mengalami peningkatan pada LPA dan konstan untuk LPB.

ATTERBERG LIMIT
Batas-batas Atterberg adalah ukuran dasar sifat denda-grained tanah. Tergantung pada kadar air tanah, mungkin muncul di empat bagian: padat, semi-padat, plastik dan cair. Di setiap negara konsistensi dan perilaku tanah yang berbeda dan dengan demikian begitu juga sifat rekayasanya. Dengan demikian, batas antara setiap negara dapat didefinisikan berdasarkan perubahan perilaku tanah itu. Batas Atterberg dapat digunakan untuk membedakan antara lanau dan lempung, dan dapat membedakan antara berbagai jenis silts dan tanah liat. Batas ini diciptakan oleh Albert Atterberg , seorang Swedia kimia. Mereka kemudian disempurnakan oleh Arthur Casagrande.

Uji laboratorium
Batas Susut
Batas susut (SL) adalah kadar air dimana kerugian lebih lanjut dari kelembaban tidak akan menghasilkan apapun reduksi volume yang lebih. Tes untuk menentukan batas susut adalah ASTM International D4943. Batas susut jauh kurang umum digunakan dari batas cair dan batas plastis.

Batas Plastik
Batas plastis (PL) adalah kadar air dimana tanah mulai menunjukkan perilaku plastik. Sebuah thread tanah berada pada batas plastik ketika berguling ke diameter 3 mm atau mulai runtuh. Untuk meningkatkan konsistensi, batang berdiameter 3 mm sering digunakan untuk mengukur ketebalan benang saat melakukan tes. (AKA Soil Snake Test) (AKA Uji Tanah Ular)

Batas Cair
Batas cair (LL) adalah kadar air tanah di mana perubahan dari plastik untuk perilaku cair. Uji batas Atterberg asli cair yang terlibat pencampuran tepukan tanah liat dalam mangkuk-bulat kecil porselen bottom diameter 10-12cm. Sebuah alur dipotong melalui tepukan tanah liat dengan spatula, dan mangkuk kemudian memukul berkali-kali terhadap telapak tangan.
Casagrande kemudian standar aparat dan prosedur untuk membuat pengukuran lebih berulang. Tanah dimasukkan ke bagian cangkir logam dari perangkat dan alur dibuat ke pusat dengan alat standar. cangkir ini berulang kali jatuh 10mm ke basis karet keras selama alur menutup secara bertahap sebagai akibat dampak. Jumlah pukulan bagi alur untuk menutup untuk 13 mm (½ inci) dicatat. Kadar air di mana dibutuhkan 25 tetes cangkir menyebabkan alur untuk menutup didefinisikan sebagai batas cair.
Metode lain untuk mengukur batas cair adalah Cone Penetrometer uji. Hal ini didasarkan pada pengukuran penetrasi ke dalam tanah kerucut standar massa jenis. Meskipun prevalensi universal metode Casagrande, penetrometer kerucut yang sering dianggap menjadi alternatif yang lebih konsisten karena meminimalkan kemungkinan variasi manusia ketika melaksanakan ujian.

Batas Berasal
Nilai-nilai batas ini digunakan dalam beberapa cara. Ada juga hubungan yang erat antara batas-batas dan sifat tanah seperti kompresibilitas, permeabilitas, dan kekuatan. Hal ini dianggap sangat berguna karena sebagai penentuan batas relatif sederhana, lebih sulit untuk menentukan sifat-sifat lainnya. Jadi batas Atterberg tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi klasifikasi tanah, tapi memungkinkan untuk penggunaan korelasi empiris untuk beberapa sifat rekayasa lainnya.

Indeks Plastisitas
Indeks plastisitas (PI) adalah suatu ukuran dari plastisitas tanah yang. Indeks plastisitas adalah ukuran dari rentang kadar air pameran properti di mana tanah plastik. PI adalah perbedaan antara batas cair dan batas plastis (PI = LL-PL). Tanah dengan PI tinggi cenderung menjadi tanah liat, mereka yang lebih rendah PI cenderung lanau, dan mereka yang memiliki PI 0 cenderung memiliki sedikit atau tidak ada lumpur atau tanah liat.

Indeks Likuiditas
Indeks likuiditas (LI) digunakan untuk mendaki kadar air alami dari sampel tanah ke batas. Hal ini dapat dihitung sebagai rasio perbedaan antara kadar air alami, batas plastis, dan indeks plastisitas: LI = (W-PL) / (LL-PL) di mana W adalah kadar air alami.

Aktivitas
Aktivitas (A) tanah adalah PI dibagi dengan persen partikel lempung berukuran (kurang dari 2 pM) hadir. Berbagai jenis tanah liat memiliki area permukaan yang berbeda spesifik yang mengontrol berapa pembasahan yang dibutuhkan untuk memindahkan tanah dari satu fase ke yang lain seperti melintasi batas cair atau batas plastik. Dari kegiatan seseorang dapat memprediksi jenis tanah liat dominan hadir dalam sampel tanah. Aktivitas tinggi menandakan perubahan volume besar ketika susut dibasahi dan besar ketika kering. Tanah dengan aktivitas tinggi sangat reaktif secara kimia.
Biasanya, aktivitas dari tanah liat adalah antara 0,75 dan 1,25 dan dalam jangkauan, tanah liat disebut normal. Diasumsikan bahwa indeks plastisitas kira-kira sama dengan fraksi liat (A = 1). Ketika A kurang dari 0,75, maka dianggap tidak aktif. Ketika lebih besar dari 1,25, maka dianggap aktif.








Gambar lapisan tanah



Kamis, 20 Januari 2011

Batuan-batuan di bumi (jenis dan terbentuknya)

 
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite 
lilgabbro8.jpglilgranite3.jpgbasalt2.jpglildacite5.jpg
Batuan sediment atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Batuan sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping terumbu.
lilconglomerate2.jpglilhalite5.jpglilredsandstone7.jpg

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.
lilslate3.jpglilwhitemarble2.jpg

Proses-proses tersebut berlangsung sepanjang waktu baik di masa lampau maupun masa yang akan datang. Kejadian alam dan proses geologi yang berlangsung sekarang inilah yang memberikan gambaran apa yang telah terjadi di masa lampau seperti diungkapkan oleh ahli geologi “JAMES HUTTON” dengan teorinya “THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST”